Kamis, 29 Maret 2012

Pendidikan pra sekolah


Pendidikan pra sekolah adalah pendidikan yang diberikan kepada anak-anak balita sebelum masuk sekolah taman kanak-kanak atau pendidikan dasar pertama yaitu sekolah dasar (SD). Sistem pendidikan pra sekolah ini pertama kali dikenal oleh masyarakat ketika mereka mulai menyadari arti pentingnya mendidik anak sejak dini.
Adapun tujuan utama dari pendidikan pra sekolah adalah untuk mengembangkan tingkat kecerdasan dan mental baik secara fisik dan rohani, serta membentuk karakter anak agar bisa mengatur perasaan, emosi, serta punya jiwa sosial yang tinggi. Sehingga ketika mereka masuk pada tingkat pendidikan dasar pertama, anak-anak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan lebih mandiri.
            Mendidik anak sejak dini juga perlu melibatkan masyarakat umum, karena rentang usia antara nol hingga enam tahun adalah masa emas dimana otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga mencapai 80%. Pada usia ini anak dengan mudah menyerap berbagai informasi melalui obyek yang dilihat dan diamati, namun anak-anak juga melakukan pengamatan yang tidak terbatas pada lingkungan keluarga saja tetapi sudah mulai merambah ke lingkungan luar. Dari sini lah pendidikan pra sekolah penting agar mendidik anak sejak dini untuk mengajarkan kepada anak dalam memilih info yang baik atau tidak baik untuk diserap sehingga anak bisa membedakan perbuatan yang baik atau tidak baik ketika anak masuk kepada pendidikan dasar pertama .
Adapun pelajaran yang diberikan pada sistem pendidikan pra sekolah tidak hanya melalui perkataan saja, namun justru lebih mementingkan pada bentuk-bentuk permainan edukatif sehingga anak tidak terbebani dan tetap bisa melewati masa anak-anaknya penuh kegembiraan dengan anak-anak sebayanya

Selasa, 20 Maret 2012

Intelegensi Menurut Edward Lee thorndike


 Anggota kelompok : Agnes Oktavia ( 11-021)
                                   Aisyah Huwaida (11-065)
                                   Christine Natalia (11-127)

 Edward Lee Thorndike (1874 - 1949): Thorndike yang lahir di Wiliamsburg pada tanggal 31 Agustus 1874 dan meninggal di Montrose, New York, pada tanggal 10 Agustus 1949, adalah tokoh lain dari aliran fungsionalisme. Setelah ia menyelesaikan pelajarannya di Harvard, ia bekerja di Teacher's College of Columbia di bawah pimpinan James Mckeen Cattell. Di sinlah minatnya yang besar timbul terhadap proses belajar, pendidikan, dan intelegensi.
            Psikologi pendidikan dideskripsikan oleh E. L. Thorndike pada tahun 1903 sebagai “”middlemen mediating between the science of psychology and the art of teaching”.  Dalam banyak studi, secara singkat, psikologi pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang mengaplikasikan ilmu psikologi dalam dunia belajar dan guru.
            Menurut Edward Lee Thorndike, teori Thorndike menyatakan bahwa intelegensi terdiri dari berbagai kemampuan spesifik yang ditampikan dalam wujud perilaku intelegensi. Thorndike juga mengatakan ada beberapa factor-faktor dalam intelegensi :
- 1. Thorndike dengan Teori Multi-Faktor
Teori ini menyatakan bahwa intelegensi itu tersusun dari beberapa faktor yang terdiri dari elemen-elemen, tiap elemen terdiri dari atom-atom, dan tiap atom itu terdiri dari stimulus-respon. Jadi, suatu aktivitas adalah merupakan kumpulan dari atom-atom aktivitas yang berhubungan antara satu dengan yang lain.
Dalam proses belajar ada beberapa hukum yang dikemukakan Thorndike:
1.        
Hukum Efek (The Law of Effect): Intensitas hubungan antara S (stimulus) dan R (respon) meningkat apabila hubungan itu diikuti oleh keadaan yang menyenangkan. Sebaliknya, hubungan itu akan berkuran, kalau diikuti oleh keadaan yang tidak menyenangkan. Dengan demikian, maka setiap tingkah laku yang menghasilkan keputusan tertentu, akan diasosiasikan dengan situasi tersebut. Jadi, apabila situasi tampil lagi, maka tingkah laku akan tampil lagi. Dalam contoh kucing dalam kandang di atas, tingkah laku injak pedal akan diasosiasikan dengan situasi menyenangkan karena terbebas dari kandang. Dengan teorinya ini Thorndike dapat dikatakan sebagai penganut paham asosiasionisme baru. Berbeda dengan asosiasionisme lama yang dianut oleh John Locke dan Mills bapak beranak, maka asosiasionisme baru tidak menghubungkan antara ide dengan ide, melainkan menghubungkan antara stimulus dengan respons atau respons dengan respons.

2.        
Hukum Latihan (The Law of Exercise) atau hukum guna-tak guna (The Law od Use and Disuse): Hubungan S-R juga dapat ditimbulkan atau didorong melalui latihan yangberulang-ulang. Dengan demikia, ini berarti pula, hubungan S-R juga dapat ditimbulkan atau didorong melalui latihan yang berulang-ulang. Dengan demikian, ini berarti pula, hubungan S-R dapat melemah kalau tidak dilatih atau dilakukan berulang-ulang. Karena kegunaan R terhadap suatu S tertentu dalam hal yang terakhir ini tidak bisa lagi dirasakan atau makin lama makin menghilang pada organsime yang bersangkutan.

Sehubungan dengan teorinya tentang Hukum Efek di atas, Thorndike sampai pada bukunya yang ditulis bersama tokoh Kelompok Columbia lain bernama Woodworth, Thorndike mengemukakan bahwa apa yang telah dipelaajri terdahulu akan mempengaruhi apa yang dipelajari kemudian.



Sumber : http://pembelajaranguru.wordpress.com
              
http://www.psychologymania.com
              
http://www.ghina.ofees.net 

Minggu, 11 Maret 2012

Tugas 1

Anggota kelompok :

11 - 021 Agnes Oktavia
11 - 037 Fera
11 - 065 Aisyah H. Srg

Hasil diskusi kelompok :

Menurut kelompok kami, kegiatan e-learning ini sangatlah bermanfaat. Mulai dari kegiatan membuat e-mail dan blog. Bagi yang belum memiliki account blog sebelumnya, tentunya ini menjadi suatu hal yang baru dan menarik. Kita dituntut untuk lebih aktif untuk meng-update informasi kita lewat dunia maya ini. Dan bagi yang sudah memiliki account blog sebelumnya, awalnya mungkin merasa ribet, namun lambat laun akan terasa manfaatnya bagaimana memisahkan blog pribadi dan blog khusus untuk kegiatan akademis.

Apalagi di zaman sekarang ini, tuntutan terhadap kita tentang IPTEK semakin tinggi. Mahasiswa tentunya lebih merasa tertarik dan lebih semangat apabila mengerjakan tugas di blog. Ini juga bisa menjadi salah satu motivasi semangat belajar para mahasiswa. Mengingat mahasiswa sekarang lebih hobi online. Diskusi juga bisa dilakukan via internet, seperti melalui salah satu aplikasi messenger atau memebri komentar di posting-an blog.  Dan satu hal lagi, dengan pembuatan tugas dan diskusi lewat dunia maya, kita juga telah mengurangi pemakaian kertas yang secara tidak langsung kita telah mencegah global warming.

Bisa kita lihat, begitu banyak manfaat dari e-learning ini.^^