KEDUDUKAN
PSIKOLOGI SEKOLAH DALAM ILMU PSIKOLOGI
Psikologi
sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam
mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi yang bertujuan untuk
membentuk mind set anak. Psikologi sekolah fokus pada teori belajar, metode
pengajaran, motivasi, kognitif, emosional, dan perkembangan moral serta
hubungan orangtua anak. Psikologi sekolah juga mendalami anak-anak dengan
kebutuhan khusus. Ahli lain menambahkan bahwa psikologi sekolah berguna dalam
penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaruan
kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses dan
interaksi proses itu dengan pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan
pendidikan keguruan. Teoris dan peneliti lebih diidentifikasi sebagai psikolog
pendidikan, sementara praktisi di sekolah lebih diidentifikasi sebagai psikolog
sekolah.
Psikologi
sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam
mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi yang bertujuan untuk
membentuk mind set anak. Psikologi sekolah fokus pada teori belajar, metode
pengajaran, motivasi, kognitif, emosional, dan perkembangan moral serta
hubungan orangtua anak. Psikologi sekolah juga mendalami anak-anak dengan
kebutuhan khusus. Ahli lain menambahkan bahwa psikologi sekolah berguna dalam
penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaruan
kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses dan
interaksi proses itu dengan pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan
pendidikan keguruan. Teoris dan peneliti lebih diidentifikasi sebagai psikolog
pendidikan, sementara praktisi di sekolah lebih diidentifikasi sebagai psikolog
sekolah.
PERBEDAAN PSIKOLOGI SEKOLAH DAN PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
Psikologi sekolah adalah salah satu bidang dari beberapa
bidang psikologi pendidikan dan psikologi sekolah berusaha menciptakan
situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik,
sosialisasi, dan emosi. Sebuah
aspek kunci dari pekerjaan psikolog sekolah adalah pengujian sebagian besar
anak-anak yang mengalami kesulitan di sekolah, untuk mencoba mendiagnosis
masalah dan kadang-kadang untuk menyarankan cara-cara menghadapi masalah.
Psikolog Sekolah juga bekerja sama dengan guru untuk mengembangkan
intervensi yang efektif untuk anak-anak dalam masalah akademis, emosional, dan
perilaku. Kebanyakan sekolah
psikolog dilatih di departement pendidikan, namun ada juga yang dilatih di
departement-departement psikologi. Tujuan adanya psikologi sekolah adalah berusaha menciptakan
situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik,
sosialisasi, dan emosi.
Psikologi pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang
mengaplikasikan ilmu psikologi dalam dunia belajar dan guru. Psikologi
pendidikan merupakan gabungan dari dua bidang studi yang berbeda.
-
Pertama
adalah psikologi yang mempelajari segala sesuatu tentang pikiran dan perilaku
manusia serta hubungannya dengan manusia. Tentu saja tidak hanya mempelajari
manusia dalam kesendiriannya, melainkan juga mempelajari manusia dalam hubungannya
dengan manusia lain.
-
Kedua
adalah pendidikan itu sendiri atau lebih khusus adalah sekolah. Jadi, sebagai
sebuah subdisiplin ilmu sendiri dalam psikologi, psikologi pendidikan memfokuskan
diri pada pemahaman proses pengajaran dan belajar yang mengambil tempat dalam lingkungan
formal.
Tujuan mempelajari psikologi
pendidikan adalah untuk mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting
pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan
organisasi sekolah.
Jadi, dari kedua perbedaan dan tujuan di atas, dapat kita
lihat bahwa ada perbedaan antara psikologi pendidikan dan psikologi sekolah.
Psikologi sekolah adalah cabangnya, psikologi sekolah berhubungan dengan dengan
anak didik di sebuah instansi sekolah. Sedangkan psikologi
pendidikan adalah pokoknya. Psikologi
pendidikan berhubungan dengan cara pengajaran pendidikan dan mengambil
masalah-masalah yang dialami oleh orang muda dalam pendidikan yang mencakup
masalah kesulitan belajar atau masalah emosi dan sosial. Mereka mengambil tugas
untuk membantu proses belajar anak dan memampukan guru menjadi lebih sadar akan
faktor-faktor social yang berkatinan dengan pengajaran dan belajar. Psikolog
pendidikan biasa bekerja di lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan di
lingkungan pendidikan anak, terutama bekerja dengan guru dan orang tua. Mereka
dapat bekerja secara langsung dengan anak (misal memeriksa perkembangan,
memberikan konseling) dan secara tidak langsung (dengan orang tua, guru dan
profesional lainnya). Karena harus bekerja dengan manusia, psikolog pendidikan
haruslah familier dengan pendekatan-pendekatan tradisional tentang studi
perilaku, humanistik, kognitif dan psikoanalis.
Referensi
:
Fungsi sekolah sebagai agen perubahan.
Masa depan generasi muda sekarang sangat dipengaruhi oleh kemampuan mereka menyerap berbagai konsep baru, menentukan berbagai pilihan baru serta beradaptasi terhadap setiap perubahan sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terus menerus terjadi di dunia pendidikan, diperlukan para pendidik yang tidak henti-hentinya meningkatkan kompetensi dan profesional mereka.
Masa depan generasi muda sekarang sangat dipengaruhi oleh kemampuan mereka menyerap berbagai konsep baru, menentukan berbagai pilihan baru serta beradaptasi terhadap setiap perubahan sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terus menerus terjadi di dunia pendidikan, diperlukan para pendidik yang tidak henti-hentinya meningkatkan kompetensi dan profesional mereka.
Oleh
karena itu sekolah yang efektif harus mampu mengakomodasikan dan
mengaitkan pembelajarannya secara langsung dengan kebutuhan yang muncul diera
baru.
Metode yang digunakan dalam sistem pengajaran disekolah
Metode yang digunakan dalam sistem pengajaran disekolah
- Metode Belajar Mengajar ‘Ceramah’
Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan
secara lisan oleh seseorang guru terhadap kelasnya. Dalam pelaksanaan ceramah
untuk menjelaskan urainnya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti
gambar- gambar dan yang paling utama adalah bahasa lisan.
Metode ceramah adalah metode
mengajar yang sampai saat ini masih mendominasi atau paling banyak di gunakan
guru dalam dunia pendidikan.
- Metode Belajar Mengajar ‘Tanya Jawab’
Metode tanya jawab ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru ke siswa dan begitu juga sebaliknya.
Metode ini banyak digunakan dalam proses
belajar mengajar, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Dan
metode ini merupakan salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-
kekurangan pada metode ceramah, dikarenakan apabila suatu penjelasan guru yang
belum dimengerti, maka siswa/anak didik dapat langsung menanyakan pada guru.
- Metode Belajar Mengajar ‘Pemberian Tugas’
Metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar di mana guru
memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut
dipertanggung jawabkan kepada guru. Dalam hal ini guru memberikan tugas pada
murid untuk maju ke depan kelas untuk medemonstrasikan apa yang diajarkan guru.
Dalam pendidikan agama sering digunakan
metode ini terutama dalam hal yang bersifat praktis, sehingga siswa mempunyai
gambaran yang jelas tentang materi pelajaran yang telah diterimanya.
- Metode Belajar Mengajar ‘Demostrasi/Praktek’
Metode Demostrasi atau praktik adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas
suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada
anak didik.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses yang
bersifat praktis, misalnya : Bagaimana cara yang benar dalam melaksanakan
ibadah sholat, baik cara memulai, mengerjakan maupun cara mengakhiri shalat
serta apa saja yang disunnahkan dan membatalkannya.
Sumber : http://kafeilmu.com/2012/02/beberapa-metode-belajar-mengajar.html#ixzz1rRNM9bYj
http://lpmpjogja.org/index.php?option=com_content&task=view&id=494&Itemid=112
Peran psikolog sekolah
Dunia
belajar mengajar (dunia pendidikan) merupakan salah satu lahan dari psikologi
secara umum. Psikologi pendidikan berperan penting dalam peningkatan mutu siswa
dengan menerapkan prinsip-prinsip psikologi kedalam dunia pendidikan. Psikologi
dengan objek manusia (tingkah laku), sedangkan pendidikan berorientasi pada
perubahan perilaku siswa, cocok untuk dipadukan dengan harapan mendapatkan
perilaku siswa yang diinginkan.
Peran
Psikolog Sekolah
Pelaksanaan
psikologi dalam hal diagnostik disekolah:
- Pelaksanaan tes
- Melakukan wawancara dengan siswa, guru, orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa
- Observasi siswa di kelas, tempat bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya
- Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kerumitan dan Luasnya Peran Psikolog di Sekolah
1. tingkat
pelayanan (Jack I. Baron (1982),)
- Tingkat I (psikodiagnostik); meliputi pelayanan tes kecerdasan, kemudian pemberian laporan tertulis yang memberi gambaran kelemahan dan kekuatan yang terungkap oleh tes tersebut.
- Tingkat II (klinis dan konseling); perhatian psikolog sekolah terhadap anak didik bersifat menyeluruh, yang mana membantu pihak sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah kesmen yang dihadapi anak. Pada tingkat ini peran psikolog erat dengan masalah kelompok dalam kelas dan masalah yang berkaitan dengan kelas.
- Tingkat III (indusrti dan organisasi); dalam hal ini psikolog ikut terlibat dalm tindakan yang menyangkut kebijakan dan prosedur sekolah, dalam pengembangan dan evaluasi program serta pelayanan sekolah,dapat berupa; supervisi, pendidikan, konsulatan bagi kariawan edukatif maupun nonedukatif (membantu malakukan seleksi, penempatan, serta urusan-urusan personalia lain), dan bekarja sama dengan ahli-ahli lain dalam masyarakat.
2. Kegiatan
professional
Berpartisipasi
dalam diagnosis, intervensi langsung, konsultasi, pendidikan, evaluasi dan
pelacakan kembali terhadap hasil penanganan. Semakin tinggi tingkat fungsi
pelayanan, maka semakin banyak tugas-tugas pokok dilaksanakan, sedangkan
tingkat rendah hanya sibuk dengan pengukuran/ diagnosis, tingkat tertinggi
lebih bervariasi fungsinya dan membutuhkan kegiatan professional yang
bervariasi juga, berdasar kebutuhan sekolah, bergantung pada kompetensi dan
minat psikolognya.
3. Klien
langsung
Berhadapan
dengan:
- Murid secara perorangan, kelompok murid, murid per kelas
- Guru secara perorangan, kelompok guru
- Tenaga administrasi
4. Tingkat
program pendidikan
Terdapat
kesulitan dan kerumitan dalam setiap tingkat pendidikan yang ditinjau dari
aspek kognisi,bentuk tugas-tugas mengajar, organisasi sekolah dan pengelompokan
murid-murid, serta ciri-ciri khas perkembangan dalam masyarakat, berinteraksi
dan menghasilkan klien-klien yang berbeda kebutuhan psikologiknya, serta
perbedaan harapan dan peran pelayanan psikologik yang diinginkan.
5. Kekhasan
lingkungan masyarakat dan sekolah
Bentuk lain
dari fungsi dan tanggung jawab seorang psikolog sekolah bergantung pada
ciri-ciri khas, formal-nonformal, sumber dana sekolah, daerah lokasi sekolah,
suku/agama/ ras/ golongan tang memanfaatkan jasa psikolog sekolah.
Contoh
masalah pada sekolah dan cara mengatasinya
Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang yang
bermasalah, dengan menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku. yang
merentang dari kategori ringan sampai dengan berat. Upaya untuk menangani siswa
yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah
dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu: (1) pendekatan disiplin dan (2)
pendekatan bimbingan dan konseling.
Penanganan siswa bernasalah melalui pendekatan disiplin
merujuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta
sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib)
siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus
mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian,
harus diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada
siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga
pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan
segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya.
Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu
digunakan yaitu pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan
pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek
jera, penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling justru lebih
mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan
teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling
sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengandalkan
pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara
konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut
dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan
diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.
Secara visual, kedua pendekatan dalam menangani siswa
bermasalah dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
Dengan melihat gambar di atas, kita dapat memahami
bahwa di antara kedua pendekatan penanganan siswa bermasalah tersebut, meski
memiliki cara yang berbeda tetapi jika dilihat dari segi tujuannya pada
dasarnya sama yaitu tercapainya penyesuaian diri atau perkembangan yang optimal
pada siswa yang bermasalah. Oleh karena itu, kedua pendekatan tersebut
seyogyanya dapat berjalan sinergis dan saling melengkapi.
Sebagai ilustrasi, misalkan di suatu sekolah ditemukan
kasus seorang siswi yang hamil akibat pergaulan bebas, sementara tata tertib
sekolah secara tegas menyatakan untuk kasus demikian, siswa yang bersangkutan
harus dikeluarkan. Jika hanya mengandalkan pendekatan disiplin, mungkin
tindakan yang akan diambil sekolah adalah berusaha memanggil orang tua/wali
siswa yang bersangkutan dan ujung-ujungnya siswa dinyatakan dikembalikan kepada
orang tua (istilah lain dari dikeluarkan). Jika tanpa intervensi Bimbingan dan
Konseling, maka sangat mungkin siswa yang bersangkutan akan meninggalkan
sekolah dengan dihinggapi masalah-masalah baru yang justru dapat semakin
memperparah keadaan. Tetapi dengan intervensi Bimbingan dan Konseling di
dalamnya, diharapkan siswa yang bersangkutan bisa tumbuh perasaan dan pemikiran
positif atas masalah yang menimpa dirinya, misalnya secara sadar menerima
resiko yang terjadi, keinginan untuk tidak berusaha menggugurkan kandungan yang
dapat membahayakan dirinya maupun janin yang dikandungnya, keinginan untuk
melanjutkan sekolah, serta hal-hal positif lainnya, meski ujung-ujungnya siswa
yang bersangkutan tetap harus dikeluarkan dari sekolah.
Perlu digarisbawahi, dalam hal ini bukan berarti Guru
BK/Konselor yang harus mendorong atau bahkan memaksa siswa untuk keluar dari
sekolahnya. Persoalan mengeluarkan siswa merupakan wewenang kepala sekolah, dan
tugas Guru BK/Konselor hanyalah membantu siswa agar dapat memperoleh
kebahagiaan dalam hidupnya.
Lebih jauh, meski saat ini paradigma pelayanan
Bimbingan dan Konseling lebih mengedepankan pelayanan yang bersifat pencegahan
dan pengembangan, pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa bermasalah
tetap masih menjadi perhatian. Dalam hal ini, perlu diingat bahwa tidak semua
masalah siswa harus ditangani oleh guru BK (konselor). Dalam hal ini, Sofyan S.
Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah berserta mekanisme dan petugas
yang menanganinya, sebagaimana dalam bagan berikut :
- Masalah (kasus) ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.
- Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakan konferensi kasus.
- Masalah (kasus) berat, seperti: gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus.
Secara visual, penanganan siswa bermasalah melalui
pendekatan Bimbingan dan Konseling dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
Dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa
penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak
semata-mata menjadi tanggung jawab guru BK/konselor di sekolah tetapi dapat
melibatkan pula berbagai pihak lain untuk bersama-sama membantu siswa agar
memperoleh penyesuaian diri dan perkembangan pribadi secara optimal.
Sumber :
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/penanganan-siswa-bermasalah-di-sekolah
Hal-Hal yang diberikan dalam
kaitannya pelayanan Psikolog Sekolah:
Dalam hal kaitannya dengan murid:
1.
Memberikan konseling,
pengajaran, dan pendampingan bagi mereka berjuang dengan masalah sosial, emosi,
dan perilaku
2.
Meningkatkan prestasi dengan
memandang hambatan belajar dan menentukan strategi instruksional terbaik untuk
meningkatkan pembelajaran
3.
Meningkatkan kesehatan dan
ketahanan dengan memperkuat komunikasi dan keterampilan sosial, pemecahan
masalah, pengontrolan kemarahan, self-regulation, self-determination, dan
optimisme
4.
Meningkatkan pemahaman dan
penerimaan beragam budaya dan latar belakang
Dalam hal kaitannya dengan murid dan keluarganya:
1.
Mengidentifikasi masalah
belajar dan perilaku yang mengganggu keberhasilan di sekolah
2.
Mengevaluasi kelayakan untuk
layanan pendidikan khusus
3.
Memberikan dukungan sosial,
emosional, dan perilaku yang sehat kepada siswa
4.
Mengajarkan cara mengasuh yang
baik dan meningkatkan kolaborasi rumah-sekolah
5.
Membuat arahan dan membantu
mengkoordinasikan dukungan layanan komunitas
Dalam hal kaitannya dengan para guru:
1. Mengidentifikasi dan
menyelesaikan hambatan akademis untuk belajar
2. Merancang dan
mengimplementasikan sistem monitoring kemajuan siswa
3. Mendesain dan
melakukan intervensi akademis dan perilaku
4. Mendukung instruksi
individual yang efektif
5. Menciptakan lingkungan
kelas yang positif
6. Memotivasi semua siswa
untuk terlibat dalam pembelajaran
Dalam hal kaitannya dengan administrator:
1.
Mengumpulkan dan menganalisa
data yang berhubungan dengan perkembangan sekolah, hasil yang didapatkan siswa,
dan persyaratan akuntabilitas
2.
Melaksanakan program-program
pencegahan pelebaran sekolah yang membantu mempertahankan iklim sekolah yang
kondusif untuk belajar
3.
Mempromosikan kebijakan sekolah
dan praktek yang menjamin keselamatan semua siswa dengan mengurangi kekerasan
di sekolah, bullying, dan pelecehan
4.
Menanggapi krisis dengan
menyediakan kepemimpinan, pelayanan langsung, dan koordinasi dengan pelayanan
masyarakat yang dibutuhkan
5.
Merancang, melaksanakan, dan
mengumpulkan dukungan untuk program sekolah kesehatan jiwa yang menyeluruh
Dalam hal kaitannya dengan Pelayanan masyarakat:
1.
Mengkoordinasikan penyerahan
jasa kepada siswa dan keluarga mereka di dalam dan di luar sekolah
2.
Membantu proses transisi siswa
baik menuju dan dari lingkungan sekolah dan komunitas pembelajaran, seperti
perawatan perumahan atau program peradilan anak
Daftar Pustaka:
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta:
Prenada Media Group
Sukadji, S. 2000. Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok:
Lembaga Pengambangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3)
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
http://www.ehow.com/info_7900711_difference-school-psychology-educational-psychology.html
Perbedaan antara
Psikolog Pendidikan, Psikolog Sekolah dan Guru BK
Psikolog pendidikan merupakan psikolog yang menghususkan
diri pada cara memahami pengajaran, dan pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan. Biasanya para psikolog pendidikan berguna dalam penerapan
prinsip-prinsip:
1.
Belajar dalam kelas
2.
Pengembangan dan pembaharuan
kurikulum
3.
Ujian dan evaluasi bakat dan
kemampuan
4.
Sosialisasi proses dan
interaksi proses itu dengan pendayahgunaan kognitif dan penyelenggaraan
pendidikan keguruan.
Psikolog pendidikan biasanya mencakup hal yang lebih
luas bila dibandingkan dengan psikolog sekolah. Bila psikolog sekolah bermain
di ranah sekolah, maka psikolog pendidikan bermain pada ranah luar sekolah
namun sekolah juga masuk dalam cakupan kerjannya. Sebelum sangat mendasar kita bahas psikolog
sekolah, kita harus tau apa sih sebenarnya psikolg sekolah itu? Psikolog
sekolah ada psikolog yang mengkhususkan diri pada dunia sekolah. Biasanya
psikolog sekolah berperan dalam pengaturan kelas yang berhubungan dengan
psikologis siswa juga guru. Psikolog sekolah juga bisa memberikan penilaian
intelegensia guru, inovasi guru, dalam mengajar, dan lain sebagainya.
Seorang psikolog sekolah
harus bisa dekat dengan siswaataupun guru yang secara tidak langsung juga
berhubungan dengan orang tua siswa. Mengapa? yaa.. karena peran psikolog
sekolah juga memantau bagaimana prestasi siswa, kelakuan, dan motivasi siswanya.
Tetapi yang perlu diingat psikolog sekolah berbeda dengan guru BK. Guru BK
biasanya bertugas pada siswanya saja dan dilindungi oleh undang-undang karena
memiliki label guru, sedangkan psikolog sekolah lebih sedikit luas cakupannya
dan juga psikolog adalah sebuah profesi yang di wajibkan memiliki
profesionalisme lebih baik. Jadi sudah jelas lah psikolog pendidikan dan
psikolog sekolah memiliki peran yang berbeda namun mungkin memiliki tujuan yang
sama yaitu agar dunia pendidikan semakin baik.
Daftar Pustaka
Santrock, J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta:
Prenada Media Group
http://ekomedia.wordpress.com/2008/07/26/psikologi-pendidikan-sub-disiplin-ilmu-psikologi/
Aisyah Huwaida Siregar (11-065)
Christine Natalia Tarigan (11-127)
Merinda Rika (11-001)
Agnes Oktavia (11-021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar